Teknik Sosrobahu telah di adopsi di beberapa negara antara
lain Malaysia, Thailand, Singapura, bahkan Amerika Serikat juga
mengadopsi Teknik Sosrobahu dalam membangun jembatan di Seattle. Teknik Sosrobahu merupakan teknik konstruksi yang digunakan terutama
untuk memutar bahu lengan beton jalan layang Dengan teknik ini, lengan jalan layang diletakkan sejajar dengan jalan
di bawahnya, dan kemudian diputar 90° sehingga pembangunannya tidak
mengganggu arus lalu lintas di jalanan di bawahnya.
Teknik ini dianggap sangat membantu dalam membuat jalan layang di
kota-kota besar yang jelas memiliki kendala yakni terbatasnya ruang kota
yang diberikan, terutama saat pengerjaan konstruksi serta kegiatan
pembangunan infrastrukturnya tidak boleh mengganggu kegiatan masyarakat
kota khususnya arus lalu-lintas dan kendaraan yang tidak mungkin
dihentikan hanya karena alasan pembangunan jalan.
Teknik Sosrobahu ditemukan oleh Tjokorda
Raka Sukawati. Inspirasi didapat Tjokorda ketika ia memperbaiki kendaraannya, hidung
mobil Mercedes buatan 1974-nya diangkat dengan dongkrak sehingga dua
roda belakang bertumpu di lantai yang licin karena ceceran tumpahan oli
secara tidak sengaja. Begitu mobil itu tersentuh, badan mobil berputar
dengan sumbu batang dongkrak. Satu hal yang ia catat, dalam
ilmu fisika dengan meniadakan gaya geseknya, benda seberat apa pun akan
mudah digeser. Kejadian tadi memberikan inspirasi bahwa pompa hidrolik
bisa dipakai untuk mengangkat benda berat dan bila bertumpu pada
permukaan yang licin, benda tersebut mudah digeser. Bayangan Tjokorda
adalah menggeser lengan beton seberat 480 ton itu.
Kemudian Tjokorda membuat percobaan dengan membuat silinder bergaris
tengah 20 cm yang dibuat sebagai dongkrak hidrolik dan ditindih beban
beton seberat 80 ton. Hasilnya bisa diangkat dan dapat berputar sedikit
tetapi tidak bisa turun ketika dilepas. Ternyata dongkrak tersebut
miring posisinya. Tjokorda kemudian menyempurnakannya. Posisinya
ditentukan persis di titik berat lengan beton di atasnya.
Untuk membuat rancangan yang pas, dasar utama Hukum Pascal yang menyatakan: “Bila zat cair pada ruang tertutup diberikan tekanan, maka tekanan akan diteruskan segala arah“.
Zat cair yang digunakan adalah minyak oli (minyak pelumas). Bila
tekanan P dimasukkan dalam ruang seluas A, maka akan menimbulkan gaya
(F) sebesar P dikalikan A. Rumus itu digabungkan dengan beberapa
parameter dan memberikan nama Rumus Sukawati, sesuai namanya. Rumus ini
orisinil idenya karena sampai saat itu belum ada buku yang membahasnya
sebab memang tidak ada kebutuhannya.
Masalah lain yang muncul ada variabelnya yang mempengaruhinya, di
antaranya adalah jenis minyak yang digunakan yang tidak boleh
rusak kekentalannya (viskositas). Urusan minyak menjadi hal yang krusial
karena minyak inilah yang meneruskan tekanan untuk
mengangkat beton yang berat itu.
Setelah semua selesai, Tjokorda mengerjakan rancangan finalnya yakni sebuah landasan putar untuk lengan beton yang dinamai Landasan Putar Bebas Hambatan (LBPH).
Bentuknya dua piringan (cakram) besi bergaris tengah 80 cm yang saling
menangkup. Meski tebalnya 5 cm, piring dari besi cor FCD-50 itu mampu
menahan beban 625 ton.
Ke dalam ruang di antara kedua piringan itu dipompakan minyak oli. Sebuah seal (penutup)
karet menyekat rongga di antara tepian piring besi itu untuk menjaga
minyak tak terdorong keluar, meski dalam tekanan tinggi. Lewat pipa
kecil, minyak dalam tangkupan piring itu dihubungkan dengan sebuah
pompoa hidrolik. Sistem hidrolik itu mampu mengangkat beban beban ketika
diberikan tekanan 78 kg/cm2. Angka ini sebenarnya angka misteri bagi Tjokorda saat itu.
Secara teknik penemuan itu belum diuji coba karena waktu yang
terbatas, namun ia yakin temuannya itu bisa bekerja. Tjokorda bahkan
berani bertanggungjawab bila lengan beton jalan layang itu tidak bisa
berputar.
Dari uji coba, Pompa hidrolik dioperasikan hingga titik tekan 78 kg/cm2. Lengan pier head itu, meskipun bekesting-nya telah dilepas, mengambang di atas atap pier shaft lalu dengan dorongan ringan sedikit saja, lengan beton raksasa itu berputar 90 derajat.
Ketika pier shaft itu sudah dalam posisi sempurna, secara
perlahan minyak dipompa keluar dan lengan beton itumerapat ke tiangnya.
Sistem LPBH itu dimatikan sehingga perlu alat berat untuk menggesernya.
Namun demikian karena khawatir kontruksi itu bergeser, Tjokorda
memancang delapan batang besi berdiameter 3,6 cm untuk memakupier head ke pier shaft lewat
lubang yang telah disiapkan. Kemudian satu demi satu alat LBPH itu
diterapkan pada kontruksi beton lengan jembatan layang yang lain.
Nama Sosrobahu diambil dari nama tokoh cerita sisipan Mahabharata. Teknologi Sosrobahu ini dikembangkan menjadi versi ke-2. Bila pada
versi pertama memakai angker (jangkar) baja yang disusupkan ke beton,
versi keduanya hanya memasang kupingan yang berlubang di tengah. Lebih
sederhana dan bahkan hanya memerlukan waktu kurang lebih 45 menit
dibandingkan dengan yang pertama membutuhkan waktu dua hari. Dalam
hitungan eksak, konstruksi Sosrobahu akan bertahan hingga 100 tahun (1
abad).
Sosrobahu pada dasarnya hanya metode sangat sederhana untuk
pelaksanaannya (memutar bahu lengan beton jalan layang). Sistem ini
cocok dipakai pada elevated toll road (jalan tol layang dalam
kota) yang biasanya mengalami kendala lalu lintas dibawahnya yang pada.
Sosrobahu terbukti bermanfaat dalam proses pembangunan jalan layang,
sangat aplikatif, teruji baik teknis dan ekonomis.
sumber: wikipedia.com
No comments:
Post a Comment