Tetap berusaha terhubung dengan REPUBLIK TEKNIK SIPIL
Tekan F5 untuk memuat ulang halaman.

DUNIANYA ORANG TEKNIK SIPIL -SHARING ILMU DAN PENGALAMAN

Mengenal Metode Konstruksi Warisan leluhur

Salah satu warisan leluhur kita adalah candi Borobudur, candi yang memiliki konstruksi yang luar biasa. Konstruksi awal dari Candi Borobudur merupakan tumpukan batu yang diletakkan di atas gundukan tanah sebagai intinya, sehingga bukan merupakan tumpukan batuan yang masif. Inti tanah juga sengaja dibuat berundak-undak dan bagian atasnya diratakan untuk meletakkan batuan candi. Inti tanah yang merupakan pondasi candi, merupakan tanah asli bukit dan tanah urugan sebagian pada pembentukan pola berundaknya.

 Konstruksi Dasar Candi
Material pembentuk candi, media relief, dan arca candi menggunakan batuan yang diambil dari sungai-sungai diseputar lingkungan candi. Setiap batu disambung tanpa menggunakan semen atau perekat. Batu-batu ini hanya disambung berdasarkan pola dan ditumpuk. Para pendahulu kita telah merancang pola tumpukan batu sedemikian rupa dengan teknik penguncian. Batu-batu dibentuk agar dapat terkunci satu sama lain. Disinilah keunggulan dari konstruksi awal candi yang membuatnya tetap bertahan ribuan tahun. 
Tumpukan batu sebagai volume material utamanya adalah batuan andesit berporositas tinggi dengan berat jenis 1,6-2,0 t/m3, kadar porinya sekitar 32%-46% atau berporositas tinggi, antar lubang pori satu sama lain tidak berhubungan, dan kuat tekannya tergolong rendah jika dibandingkan dengan kuat tekan batuan sejenis (kuat tekan minimum sebesar 111 kg/cm2 dan kuat tekan maksimum sebesar 281 kg/cm2 atau jika dirata-ratakan sekitar 196 kg/cm2). Ukuran batuan berkisar 25 x 10 x 15 cm dan berat per potongan batu hanya sekitar 7,5 – 10 kg.
Dengan demikian material batuan pembentuk candi Borobudur sangatlah ringan. Sehingga jumlah batu yang diperkirakan terdapat 55.000 m3 batu pembentuk candi atau sekitar 2 juta batuan ini akan mudah diangkut dan dipasangkan tanpa harus menggunakan teknologi yang modern atau diperkirakan menggunakan metode mekanik sederhana. Batuan yang ringan juga berarti secara keseluruhan berat candi juga akan ringan. Ringannya konstruksi candi sangat membantu dalam mengatasi risiko kegagalan konstruksi candi terutama dalam hal geser tanah pendukung.
Porositas tinggi dari batuan yang digunakan sebagai material pembentuk candi adalah untuk memudahkan dalam membentuk ukuran batu, membuat batuan yang berfungsi sebagai pengunci antar batuan, membuat relief yang jumlahnya sangat banyak, serta untuk memudahkan dalam membuat arca. Sedangkan kuat tekan yang rendah dari batuan tersebut dimaksudkan juga untuk memudahkan pelaksanaan dalam membuat potongan batu, pengunci, relief dan arca. Jadi tingkat kekerasan dari batuan akan menjadi pertimbangan. Dengan kuat tekan batuan candi yang tergolong rendah berarti tingkat kekerasan permukaan batuan pun cukup untuk dibentuk dengan alat kerja yang ada pada saat itu.
Sementara itu, lubang pori yang satu dengan yang lain yang tidak terhubung ini di maksudkan agar saat membentuk batuan, relief, dan arca tidak mudah pecah atau patah. Terhubungnya lubang pori tentu akan membentuk perlemahan pada batuan yang apabila diberikan tekanan tertentu akan mudah pecah dan patah.
 
Struktur Candi Borobudur
Candi Borobudur memiliki struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua pelatarannya beberapa stupa. 
Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur Mandala, yaitu lambang alam semesta dalam kosmologi Buddha.
Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock yaitu seperti balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.


sumber: trenkonstruksi.com


No comments: